Senin, 12 Desember 2011

UTS Evaluasi Pembelajaran


Soal-Soal UTS
1.      Penilaian merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Kemukakan alasan yang menyebabkan faktor ini demikian pentingnya dan kaitkan faktor penilaian dengan faktor-faktor lainnya dalam proses pembelajaran (sedapat-dapatnya dalam bentuk bagan)
2.      Jelaskan kelebihan dan kelemahan soal-soal bentuk pilihan berganda dan soal-soal essai.
3.      Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan guru jika menggunakan PAP? Mengapa dalam kasus tertentu guru harus menggunakan PAN?
4.      Soal-soal yang disusun oleh guru seyogyanya diujicoba. Jelaskan apa saja yang harus dilakukan agar soal buatan guru tersebut menjadi soal yang standar.
5.      Sebuah tes bahasa dan sastra Indonesia yang dilakukan oleh seorang guru terhadap 40 orang dengan skor tertinggi 80, memberikan data sebagai berikut.
56  45  67  34  44  55  53  49  40  50
59  30  48  40  56  58   37  35  74  65
39  47  35  40  69  59  28  70  64  33
55  35  61  36  45  48  58  67  62  48

a.       Transfortasikan skor di atas ke nilai jadi dengan mempergunakan PAP
i.        Buat skala penilaian lima dengan patokan kelulusan melalui perhitungan persentase
ii.        Buat skala penialaian lima dengan patokan kelulusan melalui perhitungan simpangan baku
b.      Transformasikan skor di atas ke nilai jadi dengan mempergunakan PAN melalui perhitungan mean dan simpangan baku ke dalam skala penialaian lima.








Jawaban :
1.       Penilaian merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Kemukakan alasan yang menyebabkan faktor ini demikian pentingnya dan kaitkan faktor penilaian dengan faktor-faktor lainnya dalam proses pembelajaran (sedapat-dapatnya dalam bentuk bagan)

         Penilaian adalah faktor penting dalam proses pembelajaran karena penilaian merupakan suatu kegiatan yang tidak mungkin dipisahkan dengan kegiatan pembelajaran.  Semua kegiatan pembelajaran harus selalu diikuti atau disertai dengan kegiatan penilaian. Tanpa adanya penilaian kita tidak dapat mengetahui apakah proses pembelajaran itu telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Kita juga tidak dapat mengetahui hasil pembelajaran peserta didik secara objektif jika tidak mengadakan suatu penilaian.
         Kegiatan penilaian yang dilakukan tidak semata-mata untuk menilai hasil belajar peserta didik saja, melainkan juga berbagai faktor yang lain antara lain kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Artinya penilaian dilakukan juga untuk mengetahui kualitas pembelajaran yang dilakukan. Selain itu, hasil penilaian juga dapat dimanfaatkan sebagai umpan balik kegiatan pembelajaran yang selanjutnya. Data yang didapatkan dari hasil penialaian sangat dibutuhkan untuk menyusun dan mengembangkan program pembelajaran selanjutnya. Adanya umpan balik dari hasil penilaian dapat dipandang sebagai usaha peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang diselenggarakan. Berdasarkan hasil kegiatan penilaian sebelumnya kita dapat mengetahui kompetensi apa yang sudah , belum, atau kurang dikuasai peserta didik dan dapat dilakukan tindakan selanjutnya yang sesuai.
         Adapun tujuan dari penilaian adalah :
a.       Untuk mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan yang berupa berbagai kompetensi yang telah ditetapkan dapat dicapai lewat kegiatan pembelajarn yang dilakukan.
b.      Untuk memberikan objektivitas pengamatan kita terhadap tingkah laku hasil belajar peserta didik.
c.       Untuk mengetahui lkemampuan peserta didik dalam kompetensi, pengetahuan, keterampilan, atau bidang lain.
d.      Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dan memonitor kemajuan belajar peserta didik dan sekaligus menentukan keefektipan pelaksanaan pembelajaran.
e.       Untuk menentukan layak tidaknya peserta didik dinaikkan ke tingkat di atasnya atau dinyatakan lulus dari tingkat pendidikan yang ditempuhnya.
f.       Memberikan umpan balik bagi kegiatan belajar mengajar  yang dilakukan
         Penilaian dilakukan untuk memonitor dan mendiagnosis kesulitan belajar. Dengan adanya program penilaian kita dapat mengetahui kesulitan-kesulitan apa saja yang dihadapi peserta didik sehingga pada pembelajaran berikutnya kesulitann-kesulitan itu semaksimal mungkin dapat kita kurangi dengan solusi-solusi yang lebih baik. Penilaian juga dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak peserta didik yang mampu mencapai tujuan pembelajaran.
         Manfaat dari penilaian adalah untuk menentukan  prestasi belajar peserta didik dan sebagai penilaian pelaksanaan pembelajaran itu sendiri. Manfaat lainnya adalah untuk menentukan berbagai aspek mulai dari penetapan tujuan  (kompetensi), bahan ajar, metode, strategi, media, dan lain-lain sampai pada model penilaian. Selain itu juga dimanfaatkan untuk laporan ke berbagai pihak yang terkait.
           Faktor penilaian berkaitan erat dengan faktor-faktor lain dalam proses pembelajaran. Kaitan faktor-faktor pembelajaran ini dapat kita lihat pada diagram berikut.

Diagram 1
                                                     Tujuan instruksional
 

(a)                                                  (c)
Pengalaman belajar                                                                                             
(Proses belajar                                                                                          Hasil belajar
Mengajar)                                                 (b)


Garis (a) menunjukkan hubungan antara tujuan instruksional dengan pengalaman belajar, garis (b) menunjukkan hubungan pengalaman belajar dengan hasil belajar, garis (c) menunjukkan hubungan tujuan instruksional dengan  hasil belajar. Kegiatan penilaian yang dinyatakan garis (c) adalah suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan instruksional telah dapat dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam bentuk hasil belajar.  Garis (b) merupakan penilaian untuk mengetahui keefektifan pengalaman belajar dalam mencapai hasil belajar yang optimal. Garis (a) merupakan penilaian untuk mengetahui ketepatan tujuan instruksional yang dikaitkan dengan kegiatan belajar mengajar. Apakah kegiatan belajar atau proses belajara telah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Kalau kita jadikan bagan maka bentuknya sebagai berikut.

Tujuan Evaluasi
Tujuan Instruksional
Pengalaman belajar
Hasil belajar
Evaluasi
Untuk mengetahui ketepatan tujuan instruksional yang dikaitkan dengan kegiatan belajar mengajar. Apakah kegiatan belajar atau proses belajara telah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

merupakan penilaian untuk mengetahui keefektifan pengalaman belajar dalam mencapai hasil belajar yang optimal
adalah suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan instruksional telah dapat dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam bentuk hasil belajar.


2.      Jelaskan kelebihan dan kelemahan soal-soal bentuk pilihan berganda dan soal-soal essai.
A.    Soal pilihan berganda
a.       Kelebihan Soal-soal bentuk pilihan berganda adalah :
1.      Bentuk tes pilihan ganda memungkinkan kita untuk mengambil indikator dan bahan yang akan diteskan secara lebih menyeluruh daripada tes uraian.
2.      Bentuk tes pilihan ganda hanya memungkinkan adanya satu jawaban yang benar. Hal itu akan menimbulkan adanya sifat objektivitas bagi peserta didik yang menjawab pertanyaan dan guru atau korektor yang memeriksa pekerjaan peserta didik. Keadaan ini memungkinkan terjadinya sifat reabilitas penilaian yang tinggi.
3.      Mudah dikoreksi karena tinggal mencocokkan jawaban yang sudah dipersiapkan. Untuk memeriksa jawaban tes dapat diwakilkan pada orang lain. Bahkan sekarang orang bisa m,emanfaatkan jasa komputer untuk melakukan kegiatan koreksi tersebut.
4.      Hasil pekerjaan bentuk tes objektif dapat dikoreksi secara cepat dengan hasil yang dapat dipercaya.

b.      Kelemahan bentuk tes pilihan berganda adalah:
1.      Penyusunan bentuk tes membutuhkan waktu yang relatif lebih lama. Di samping membutukhan ketelitian, kecermatan, dan kemampuan khusus dari pihak guru. Faktor yang dipertimbangkan untuk membuat tes ini lebih kompleks, misalnya dalam menyususn alternatif jawaban dengan distraktor yang tepat( misalnya harus homogen, gramatikal dengan pokok   soal,  dan lain-lain) sehingga membutuhkan banyak kecermatan dan kesabaran yang lebih banyak.
2.      Adanya kecendrungan  guru hanya menekankan perhatiannya pada indikator-indikator atau bahan ajar tertentu saja sehingga tes tidak bersifat komprehensif. Pada umumnya hanya berupa soal-soal jenjang kompetensi berpikir ingatan atau pemahaman, sedikit sekali kompetensi penerapan.
3.      Pihak peserta didik yang mengerjakan tes mungkin sekali melakukan hal-hal yang bersifat untung-untungan. Peserta didik yang tidak mengerti jawaban yang benar akan menjawab soal asal saja. Disamping itu kerjasama  antarpeserta didk sangat mudah terjadi.  Jika hal itu terjadi, hasil yang didapatkan peserta didik belum tentu mencerminkan kompetensi atau pencapaian belajar yang diharapkan.
4.      Bentuk tes pilihan berganda biasanya panjang sehingga membutuhkan biaya yang besar untuki pengadaannnya.Selain itu pengadaan tes ini pmemerlukan waktu yang lama, misalnya penyusunan perbanyakan, dan pengurutan nomor halaman.

B.     Soal essai
a.       Kelebihan soal essai
1.      Tes uraian tepat untuk menilai proses berpikir yang melibatkan aktivitas kognitif tingkat tinggi dan tidak semata-mata hanya mengingat dan memahami fakta atau konsep saja. Melalui tes uraian ini peserta didik dituntut untuk menerapkan  pengetahuan, menganalisis, menghubungkan, menilai, dan memecahkan permasalahan sesuai dengan kemampuan cara berpikirnya.
2.      Tes uraian memaksa peserta didik untuk mengemukakan jawabannya ke dalam bahasa yang runtut sesuai dengan gayanya sendiri.
3.      Tes uraian memaksa peserta didik untuk memergunakan pikirannya sendiri dan kurang memberikan kesempatan untuk bersikap untung-untungan.
4.      Bentuk tes uraian mudah disusun maka tidak banyak menghabiskan waktu.

b.      Kelemahan tes essai
1.      Kadar validitas dan reabilitas bentuk tes uraian rendah, dan inilah yang merupakan kelemahan pokok. Hal ini disebabkan terbatasnya sampel bahan yang diteskan mewakili seluruh bahan, jawaban peserta didik satu dengan lain bervariasi, penilaian yang dilakukan bersifat subjektif.
2.      Akibat terbatasnya bahan yang diteskan dapat terjadi hal-hal yang juga bersifat kebetulan. Seorang peserta didik yang sebenarnya tergolong kompeten, mungkin mengalami kegagalan karena bahan yang diteskan kebetulan kurang dikuasainya. Sebaliknya, peserta didik yang kurang berkomtpeten, mungkin justru memeroleh hasil yang baik, karena bahan yang diteskan kebetulan yang banyak dipelajarinya.
3.      Penilaian yang dilakukan terhadap jawaban peserta didik tidak mudah ditentukan standarnya.
4.      Waktu yang dibutuhkan untuk memeriksa pekerjaan peserta didik relatif lama, apalagi jika jumalah peserta didik cukup besar, sehingga terasa kurang efisien.

3.      Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan guru jika menggunakan PAP? Mengapa dalam kasus tertentu guru harus menggunakan PAN?
Hal-hal yang harus diperhatikan guru jika menggunakan PAP adalah :
1.      Hal-hal yang harus dipelajari oleh testee (murid, siswa, mahasiswa)  mempunyai struktur hierarkis tertentu, dan bahwa masing-masing taraf harus dikuasai secara baik sebelum testee tadi maju atau sampai pada taraf selanjutnya
2.      Evaluator atau testeer (dalam hal ini guru, dosen, dan lain-lain) dapat mengidentifikasi masing-masing taraf itu sampai tuntas atau setidak-tidaknya mendekati tuntas, sehingga dapat disusun alat pengukurnya.
3.      Penentuan nilai yang mengacu kepada kriterium atau patokan ini, tinggi rendahnya atau besar kecilnya nilai yang diberikan kepada masing-masing individu testee, mutlak ditentukan oleh besar kecil atau tinggi rendahnya skor yang dapat dicapai oleh masing-masing testee yang bersangkutan.
4.      Penilaian beracuan patokan ini sangat baik atau sangat cocok diterapkan pada tes-tes formatif, di mana tester ingin mengetahui sudah sampai sejauh manakah peserta didiknya “telah terbentuk”, setelah mereka mengikuti program pengajaran dalam jangka waktu tertentu.
5.      Penilaian ini seyogyanya jangan digunakan dalam pengolahan dan penentuan nilai hasil tes sumatif seperti pada ulangan umum dalam rangka mengisi raport, atau pada ujian akhir dalam rangka mengisi nilai ijazah atau STTB karena penilaian ini sama sekali tidak mempertimbangkan kemampuan kelompok (rata-rata kelas).
Pada kasus tertentu guru harus menggunakan pendekatan PAN. Penilaian Acuan Norma ( Norm Referenced Evaluation) dikenal pula dengan sebutan standar relatif atau norma kelompok. Pendekatan penilaian ini menafsirkan hasil tes yang diperoleh peserta didik dengan membandingkannya dengan hasil tes peserta didik yang lain dalam kelompoknya. Hal ini berarti standar yang dibuat untuk satu kelompok atau satu kelas tidak dapat diterapkan untuk kelompok atau kelas lain. Standar yang dibuat untuk tes sebelumnya tidak dapat digunakan untuk tes yang sekaran.Semua tergantung kepada peserta didiknya. Jika peserta didiknya pandai, norma kelulusan akan tinggi. Demikian sebaliknya jika peserta didiknya tergolong rendah, maka norma kelulusannya juga akan rendah. PAN ini kita gunakan jika dalam suatu tes misalnya terdapat jawaban siswa yang beragam dan jika menggunakan standar PAP maka tingkat keberhasilan siswa sedikit  sekali. Misalnya di satu sekolah sudah ditentukan batas minimal kelulusan adalah 75, sementara skor hasil ulangan siswa tidak banyak yang mencapai skor tesebut. Dengan adanya PAN kita dapat melihat kemampuan rata-rata kelompoknya atau kelasnya sehingga kita dapat menentukan siswa mana saja yang penguasaan kompetensinya sudah layak dikatakan memenuhi standard kelulusan yang telah ditetapkan  dan siswa mana yang belum.    
4.      Soal-soal yang disusun oleh guru seyogyanya diujicoba. Jelaskan apa saja yang harus dilakukan agar soal buatan guru tersebut menjadi soal yang standar.
Soal-soal yang disusun guru seyogyanya diujicoba terlebih dulu. Hal ini untuk memastikan bahwa butir-butir soal yang ditulis telah memenuhi tuntutan soal yang baik. Kriteria soal yang baik meliputi unsur materi, konstruksi, maupun bahasa. Sebagai sebuah alat uji keberhasilan pembelajaran soal yang disusun guru harus memenuhi persyaratan sebagai alat tes yang baik. Untuk memastikan apakah soal yang ditulis telah memenuhi tuntutan soal yang baik, sebelum diujicobakan haruslah terlebih dulu dilakukan telaah butir soal.Dengan telaah butir soal akan ditemukan berbagai kesalahan atau kekeliruan, yang dapat mengganggu dan dapat diketahui kualitas soal tersebut. Telaah butir soal ini dapat dilakukan oleh seorang ahli di bidangnya atau teman sejawat.       
         Setidak-tidaknya ada empat ciri atau karakteristik yang harus dimiliki  oleh tes hasil belajar dalam hal ini soal sehingga dapat dikatakan baik, yaitu valid, reliabel, obyektif, dan praktis.
   Agar soal buatan guru tersebut menjadi soal standar ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain:
1.      Penyusunan soal harus berdasarkan tujuan instruksional khusus pembelajaran
2.      Butir-butir soal tes harus merupakan sampel yang representatif dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan, sehingga dapat dianggap mewakili seluruh performance yang telah diperoleh selama peserta didik mengikuti suatu unit pengajaran.
3.      Bentuk soal bervariasi sehingga betul-betul cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan tes itu.
4.      Didesain sesuai dengan kegunaan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan
5.      Soal harus memiliki validitas dan reabilitas yang dapat diandalkan
6.      Soal harus dapat dijadikan alat untuk mengukur keberhasilan belajar siswa
7.      Penulisan soal berdasarkan kisi-kisi soal
8.      Bahasa yang digunakan mudah dimengerti

5.      Sebuah tes bahasa dan sastra Indonesia yang dilakukan oleh seorang guru terhadap 40 orang dengan skor tertinggi 80, memberikan data sebagai berikut.
56  45  67  34  44  55  53  49  40  50
59 30  48  40  56  58   37  35  74  65
39  47  35  40  69  59  28  70  64  33
55    35  61  36  45  48  58  67  62  48

a.       Transfortasikan skor di atas ke nilai jadi dengan mempergunakan PAP
i.        Buat skala penilaian lima dengan patokan kelulusan melalui perhitungan persentase
ii.        Buat skala penialaian lima dengan patokan kelulusan melalui perhitungan simpangan baku
b.      Transformasikan skor di atas ke nilai jadi dengan mempergunakan PAN melalui perhitungan mean dan simpangan baku ke dalam skala penialaian lima.

a.         i. skala penilaian lima dengan patokan kelulusan melalui perhitungan persentase


Tabel penentuan Kriteria dengan Perhitungan Persentase untuk skala Lima
Jawab
6.      Nilai terendah 28 x
Hasil konversi skala 5

No.
Skor
Nilai  ( %)
   Hasil  Penilaian
Nilai Huruf
Kualifikasi
1.
56
70%
B
Memuaskan
2.
45
56%


3.
67
84%


4.
34
43%


5
44
55%


6.
55
69%


7.
53
66%


8.
49



9.
40



10
50



11
59



12
30



13
48



14
40



15
56



16
58



17
37



18
35



19
74



20
65



21
39



22
47



23
35



24
40



25
69



26
59



27
28



28
70



29
64



30
33



31
55



32
35



33
61



34
36



35
45



36
48



37
58



38
67



39
62



40
48










Skala Sigma
Skala Angka
Skor  Lima
E -A
0-4
+1,5
+0,5
-1,5
+0,5
X+1,5S – 50+(1,5x12)=68
X+0,5S -  50+(0,5x12)=56
X+0,5S – 50+(0,5x12)=44
X+1,5S- 50+(1,5x12)=32
A
B
C
D
4
3
2
1





Tidak ada komentar:

Posting Komentar