Soal-Soal
UTS
1. Penilaian
merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Kemukakan
alasan yang menyebabkan faktor ini demikian pentingnya dan kaitkan faktor
penilaian dengan faktor-faktor lainnya dalam proses pembelajaran
(sedapat-dapatnya dalam bentuk bagan)
2. Jelaskan
kelebihan dan kelemahan soal-soal bentuk pilihan berganda dan soal-soal essai.
3. Hal-hal
apa saja yang harus diperhatikan guru jika menggunakan PAP? Mengapa dalam kasus
tertentu guru harus menggunakan PAN?
4. Soal-soal
yang disusun oleh guru seyogyanya diujicoba. Jelaskan apa saja yang harus
dilakukan agar soal buatan guru tersebut menjadi soal yang standar.
5. Sebuah
tes bahasa dan sastra Indonesia yang dilakukan oleh seorang guru terhadap 40
orang dengan skor tertinggi 80, memberikan data sebagai berikut.
56 45
67 34 44
55 53 49
40 50
59 30
48 40 56
58 37 35
74 65
39 47
35 40 69
59 28 70
64 33
55 35
61 36 45
48 58 67
62 48
a. Transfortasikan
skor di atas ke nilai jadi dengan mempergunakan PAP
i.
Buat skala penilaian lima dengan patokan
kelulusan melalui perhitungan persentase
ii.
Buat skala penialaian lima dengan
patokan kelulusan melalui perhitungan simpangan baku
b. Transformasikan
skor di atas ke nilai jadi dengan mempergunakan PAN melalui perhitungan mean
dan simpangan baku ke dalam skala penialaian lima.
Jawaban
:
1.
Penilaian merupakan faktor yang sangat penting
dalam proses pembelajaran. Kemukakan alasan yang menyebabkan faktor ini
demikian pentingnya dan kaitkan faktor penilaian dengan faktor-faktor lainnya
dalam proses pembelajaran (sedapat-dapatnya dalam bentuk bagan)
Penilaian adalah faktor penting dalam
proses pembelajaran karena penilaian merupakan suatu kegiatan yang tidak
mungkin dipisahkan dengan kegiatan pembelajaran. Semua kegiatan pembelajaran harus selalu
diikuti atau disertai dengan kegiatan penilaian. Tanpa adanya penilaian kita
tidak dapat mengetahui apakah proses pembelajaran itu telah sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Kita juga tidak dapat mengetahui hasil pembelajaran
peserta didik secara objektif jika tidak mengadakan suatu penilaian.
Kegiatan penilaian yang dilakukan
tidak semata-mata untuk menilai hasil belajar peserta didik saja, melainkan
juga berbagai faktor yang lain antara lain kegiatan pembelajaran yang
dilakukan. Artinya penilaian dilakukan juga untuk mengetahui kualitas pembelajaran
yang dilakukan. Selain itu, hasil penilaian juga dapat dimanfaatkan sebagai
umpan balik kegiatan pembelajaran yang selanjutnya. Data yang didapatkan dari
hasil penialaian sangat dibutuhkan untuk menyusun dan mengembangkan program pembelajaran
selanjutnya. Adanya umpan balik dari hasil penilaian dapat dipandang sebagai
usaha peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang diselenggarakan.
Berdasarkan hasil kegiatan penilaian sebelumnya kita dapat mengetahui
kompetensi apa yang sudah , belum, atau kurang dikuasai peserta didik dan dapat
dilakukan tindakan selanjutnya yang sesuai.
Adapun tujuan dari penilaian adalah :
a. Untuk
mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan yang berupa berbagai kompetensi yang
telah ditetapkan dapat dicapai lewat kegiatan pembelajarn yang dilakukan.
b. Untuk
memberikan objektivitas pengamatan kita terhadap tingkah laku hasil belajar
peserta didik.
c. Untuk
mengetahui lkemampuan peserta didik dalam kompetensi, pengetahuan,
keterampilan, atau bidang lain.
d. Untuk
mengetahui kelebihan dan kelemahan dan memonitor kemajuan belajar peserta didik
dan sekaligus menentukan keefektipan pelaksanaan pembelajaran.
e. Untuk
menentukan layak tidaknya peserta didik dinaikkan ke tingkat di atasnya atau
dinyatakan lulus dari tingkat pendidikan yang ditempuhnya.
f. Memberikan
umpan balik bagi kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan
Penilaian dilakukan untuk memonitor
dan mendiagnosis kesulitan belajar. Dengan adanya program penilaian kita dapat
mengetahui kesulitan-kesulitan apa saja yang dihadapi peserta didik sehingga
pada pembelajaran berikutnya kesulitann-kesulitan itu semaksimal mungkin dapat
kita kurangi dengan solusi-solusi yang lebih baik. Penilaian juga dilakukan
untuk mengetahui seberapa banyak peserta didik yang mampu mencapai tujuan
pembelajaran.
Manfaat dari penilaian adalah untuk
menentukan prestasi belajar peserta
didik dan sebagai penilaian pelaksanaan pembelajaran itu sendiri. Manfaat
lainnya adalah untuk menentukan berbagai aspek mulai dari penetapan tujuan (kompetensi), bahan ajar, metode, strategi,
media, dan lain-lain sampai pada model penilaian. Selain itu juga dimanfaatkan
untuk laporan ke berbagai pihak yang terkait.
Faktor penilaian berkaitan erat
dengan faktor-faktor lain dalam proses pembelajaran. Kaitan faktor-faktor
pembelajaran ini dapat kita lihat pada diagram berikut.
Diagram 1
Tujuan
instruksional
(a) (c)
Pengalaman belajar
Mengajar) (b)
Garis
(a) menunjukkan hubungan antara tujuan instruksional dengan pengalaman belajar,
garis (b) menunjukkan hubungan pengalaman belajar dengan hasil belajar, garis
(c) menunjukkan hubungan tujuan instruksional dengan hasil belajar. Kegiatan penilaian yang
dinyatakan garis (c) adalah suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh
mana tujuan-tujuan instruksional telah dapat dicapai atau dikuasai oleh siswa
dalam bentuk hasil belajar. Garis (b)
merupakan penilaian untuk mengetahui keefektifan pengalaman belajar dalam
mencapai hasil belajar yang optimal. Garis (a) merupakan penilaian untuk
mengetahui ketepatan tujuan instruksional yang dikaitkan dengan kegiatan
belajar mengajar. Apakah kegiatan belajar atau proses belajara telah sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Kalau kita jadikan bagan maka bentuknya
sebagai berikut.
Tujuan Evaluasi
|
Tujuan Instruksional
|
Pengalaman belajar
|
Hasil belajar
|
Evaluasi
|
Untuk
mengetahui ketepatan tujuan instruksional yang dikaitkan dengan kegiatan
belajar mengajar. Apakah kegiatan belajar atau proses belajara telah sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai.
|
merupakan
penilaian untuk mengetahui keefektifan pengalaman belajar dalam mencapai
hasil belajar yang optimal
|
adalah
suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan
instruksional telah dapat dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam bentuk hasil
belajar.
|
2.
Jelaskan
kelebihan dan kelemahan soal-soal bentuk pilihan berganda dan soal-soal essai.
A. Soal
pilihan berganda
a. Kelebihan
Soal-soal bentuk pilihan berganda adalah :
1. Bentuk
tes pilihan ganda memungkinkan kita untuk mengambil indikator dan bahan yang
akan diteskan secara lebih menyeluruh daripada tes uraian.
2. Bentuk
tes pilihan ganda hanya memungkinkan adanya satu jawaban yang benar. Hal itu
akan menimbulkan adanya sifat objektivitas bagi peserta didik yang menjawab
pertanyaan dan guru atau korektor yang memeriksa pekerjaan peserta didik.
Keadaan ini memungkinkan terjadinya sifat reabilitas penilaian yang tinggi.
3. Mudah
dikoreksi karena tinggal mencocokkan jawaban yang sudah dipersiapkan. Untuk
memeriksa jawaban tes dapat diwakilkan pada orang lain. Bahkan sekarang orang
bisa m,emanfaatkan jasa komputer untuk melakukan kegiatan koreksi tersebut.
4. Hasil
pekerjaan bentuk tes objektif dapat dikoreksi secara cepat dengan hasil yang
dapat dipercaya.
b. Kelemahan
bentuk tes pilihan berganda adalah:
1. Penyusunan
bentuk tes membutuhkan waktu yang relatif lebih lama. Di samping membutukhan
ketelitian, kecermatan, dan kemampuan khusus dari pihak guru. Faktor yang
dipertimbangkan untuk membuat tes ini lebih kompleks, misalnya dalam menyususn
alternatif jawaban dengan distraktor yang tepat( misalnya harus homogen,
gramatikal dengan pokok soal, dan lain-lain) sehingga membutuhkan banyak
kecermatan dan kesabaran yang lebih banyak.
2. Adanya
kecendrungan guru hanya menekankan
perhatiannya pada indikator-indikator atau bahan ajar tertentu saja sehingga
tes tidak bersifat komprehensif. Pada umumnya hanya berupa soal-soal jenjang
kompetensi berpikir ingatan atau pemahaman, sedikit sekali kompetensi
penerapan.
3. Pihak
peserta didik yang mengerjakan tes mungkin sekali melakukan hal-hal yang
bersifat untung-untungan. Peserta didik yang tidak mengerti jawaban yang benar
akan menjawab soal asal saja. Disamping itu kerjasama antarpeserta didk sangat mudah terjadi. Jika hal itu terjadi, hasil yang didapatkan
peserta didik belum tentu mencerminkan kompetensi atau pencapaian belajar yang
diharapkan.
4. Bentuk
tes pilihan berganda biasanya panjang sehingga membutuhkan biaya yang besar
untuki pengadaannnya.Selain itu pengadaan tes ini pmemerlukan waktu yang lama,
misalnya penyusunan perbanyakan, dan pengurutan nomor halaman.
B. Soal
essai
a. Kelebihan
soal essai
1. Tes
uraian tepat untuk menilai proses berpikir yang melibatkan aktivitas kognitif
tingkat tinggi dan tidak semata-mata hanya mengingat dan memahami fakta atau
konsep saja. Melalui tes uraian ini peserta didik dituntut untuk
menerapkan pengetahuan, menganalisis,
menghubungkan, menilai, dan memecahkan permasalahan sesuai dengan kemampuan
cara berpikirnya.
2. Tes
uraian memaksa peserta didik untuk mengemukakan jawabannya ke dalam bahasa yang
runtut sesuai dengan gayanya sendiri.
3. Tes
uraian memaksa peserta didik untuk memergunakan pikirannya sendiri dan kurang
memberikan kesempatan untuk bersikap untung-untungan.
4. Bentuk
tes uraian mudah disusun maka tidak banyak menghabiskan waktu.
b. Kelemahan
tes essai
1. Kadar
validitas dan reabilitas bentuk tes uraian rendah, dan inilah yang merupakan
kelemahan pokok. Hal ini disebabkan terbatasnya sampel bahan yang diteskan
mewakili seluruh bahan, jawaban peserta didik satu dengan lain bervariasi,
penilaian yang dilakukan bersifat subjektif.
2. Akibat
terbatasnya bahan yang diteskan dapat terjadi hal-hal yang juga bersifat
kebetulan. Seorang peserta didik yang sebenarnya tergolong kompeten, mungkin
mengalami kegagalan karena bahan yang diteskan kebetulan kurang dikuasainya. Sebaliknya,
peserta didik yang kurang berkomtpeten, mungkin justru memeroleh hasil yang
baik, karena bahan yang diteskan kebetulan yang banyak dipelajarinya.
3. Penilaian
yang dilakukan terhadap jawaban peserta didik tidak mudah ditentukan
standarnya.
4. Waktu
yang dibutuhkan untuk memeriksa pekerjaan peserta didik relatif lama, apalagi
jika jumalah peserta didik cukup besar, sehingga terasa kurang efisien.
3.
Hal-hal
apa saja yang harus diperhatikan guru jika menggunakan PAP? Mengapa dalam kasus
tertentu guru harus menggunakan PAN?
Hal-hal
yang harus diperhatikan guru jika menggunakan PAP adalah :
1. Hal-hal
yang harus dipelajari oleh testee (murid, siswa, mahasiswa) mempunyai struktur hierarkis tertentu, dan
bahwa masing-masing taraf harus dikuasai secara baik sebelum testee tadi maju
atau sampai pada taraf selanjutnya
2. Evaluator
atau testeer (dalam hal ini guru, dosen, dan lain-lain) dapat mengidentifikasi
masing-masing taraf itu sampai tuntas atau setidak-tidaknya mendekati tuntas,
sehingga dapat disusun alat pengukurnya.
3. Penentuan
nilai yang mengacu kepada kriterium atau patokan ini, tinggi rendahnya atau
besar kecilnya nilai yang diberikan kepada masing-masing individu testee,
mutlak ditentukan oleh besar kecil atau tinggi rendahnya skor yang dapat
dicapai oleh masing-masing testee yang bersangkutan.
4. Penilaian
beracuan patokan ini sangat baik atau sangat cocok diterapkan pada tes-tes
formatif, di mana tester ingin mengetahui sudah sampai sejauh manakah peserta
didiknya “telah terbentuk”, setelah mereka mengikuti program pengajaran dalam
jangka waktu tertentu.
5. Penilaian
ini seyogyanya jangan digunakan dalam pengolahan dan penentuan nilai hasil tes
sumatif seperti pada ulangan umum dalam rangka mengisi raport, atau pada ujian
akhir dalam rangka mengisi nilai ijazah atau STTB karena penilaian ini sama
sekali tidak mempertimbangkan kemampuan kelompok (rata-rata kelas).
Pada
kasus tertentu guru harus menggunakan pendekatan PAN. Penilaian Acuan Norma (
Norm Referenced Evaluation) dikenal pula dengan sebutan standar relatif atau
norma kelompok. Pendekatan penilaian ini menafsirkan hasil tes yang diperoleh
peserta didik dengan membandingkannya dengan hasil tes peserta didik yang lain
dalam kelompoknya. Hal ini berarti standar yang dibuat untuk satu kelompok atau
satu kelas tidak dapat diterapkan untuk kelompok atau kelas lain. Standar yang
dibuat untuk tes sebelumnya tidak dapat digunakan untuk tes yang sekaran.Semua
tergantung kepada peserta didiknya. Jika peserta didiknya pandai, norma
kelulusan akan tinggi. Demikian sebaliknya jika peserta didiknya tergolong
rendah, maka norma kelulusannya juga akan rendah. PAN ini kita gunakan jika dalam
suatu tes misalnya terdapat jawaban siswa yang beragam dan jika menggunakan
standar PAP maka tingkat keberhasilan siswa sedikit sekali. Misalnya di satu sekolah sudah
ditentukan batas minimal kelulusan adalah 75, sementara skor hasil ulangan
siswa tidak banyak yang mencapai skor tesebut. Dengan adanya PAN kita dapat
melihat kemampuan rata-rata kelompoknya atau kelasnya sehingga kita dapat
menentukan siswa mana saja yang penguasaan kompetensinya sudah layak dikatakan
memenuhi standard kelulusan yang telah ditetapkan dan siswa mana yang belum.
4.
Soal-soal
yang disusun oleh guru seyogyanya diujicoba. Jelaskan apa saja yang harus
dilakukan agar soal buatan guru tersebut menjadi soal yang standar.
Soal-soal
yang disusun guru seyogyanya diujicoba terlebih dulu. Hal ini untuk memastikan
bahwa butir-butir soal yang ditulis telah memenuhi tuntutan soal yang baik.
Kriteria soal yang baik meliputi unsur materi, konstruksi, maupun bahasa.
Sebagai sebuah alat uji keberhasilan pembelajaran soal yang disusun guru harus
memenuhi persyaratan sebagai alat tes yang baik. Untuk memastikan apakah soal
yang ditulis telah memenuhi tuntutan soal yang baik, sebelum diujicobakan
haruslah terlebih dulu dilakukan telaah butir soal.Dengan telaah butir soal
akan ditemukan berbagai kesalahan atau kekeliruan, yang dapat mengganggu dan
dapat diketahui kualitas soal tersebut. Telaah butir soal ini dapat dilakukan
oleh seorang ahli di bidangnya atau teman sejawat.
Setidak-tidaknya ada empat ciri atau
karakteristik yang harus dimiliki oleh
tes hasil belajar dalam hal ini soal sehingga dapat dikatakan baik, yaitu
valid, reliabel, obyektif, dan praktis.
Agar soal buatan guru tersebut menjadi soal
standar ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain:
1. Penyusunan
soal harus berdasarkan tujuan instruksional khusus pembelajaran
2. Butir-butir
soal tes harus merupakan sampel yang representatif dari populasi bahan
pelajaran yang telah diajarkan, sehingga dapat dianggap mewakili seluruh
performance yang telah diperoleh selama peserta didik mengikuti suatu unit
pengajaran.
3. Bentuk
soal bervariasi sehingga betul-betul cocok untuk mengukur hasil belajar yang
diinginkan sesuai dengan tujuan tes itu.
4. Didesain
sesuai dengan kegunaan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan
5. Soal
harus memiliki validitas dan reabilitas yang dapat diandalkan
6. Soal
harus dapat dijadikan alat untuk mengukur keberhasilan belajar siswa
7. Penulisan
soal berdasarkan kisi-kisi soal
8. Bahasa
yang digunakan mudah dimengerti
5. Sebuah
tes bahasa dan sastra Indonesia yang dilakukan oleh seorang guru terhadap 40
orang dengan skor tertinggi 80, memberikan data sebagai berikut.
56 45
67 34 44
55 53 49
40 50
59
30 48
40 56 58
37 35 74 65
39 47
35 40 69
59 28 70
64 33
55 35 61
36 45 48
58 67 62 48
a. Transfortasikan
skor di atas ke nilai jadi dengan mempergunakan PAP
i.
Buat skala penilaian lima dengan patokan
kelulusan melalui perhitungan persentase
ii.
Buat skala penialaian lima dengan
patokan kelulusan melalui perhitungan simpangan baku
b. Transformasikan
skor di atas ke nilai jadi dengan mempergunakan PAN melalui perhitungan mean
dan simpangan baku ke dalam skala penialaian lima.
a.
i. skala penilaian lima dengan patokan
kelulusan melalui perhitungan persentase
Tabel
penentuan Kriteria dengan Perhitungan Persentase untuk skala Lima
Jawab
6. Nilai
terendah 28 x
Hasil konversi skala 5
No.
|
Skor
|
Nilai
( %)
|
Hasil Penilaian
|
||
Nilai Huruf
|
Kualifikasi
|
||||
1.
|
56
|
70%
|
B
|
Memuaskan
|
|
2.
|
45
|
56%
|
|||
3.
|
67
|
84%
|
|||
4.
|
34
|
43%
|
|||
5
|
44
|
55%
|
|||
6.
|
55
|
69%
|
|||
7.
|
53
|
66%
|
|||
8.
|
49
|
||||
9.
|
40
|
||||
10
|
50
|
||||
11
|
59
|
||||
12
|
30
|
||||
13
|
48
|
||||
14
|
40
|
||||
15
|
56
|
||||
16
|
58
|
||||
17
|
37
|
||||
18
|
35
|
||||
19
|
74
|
||||
20
|
65
|
||||
21
|
39
|
||||
22
|
47
|
||||
23
|
35
|
||||
24
|
40
|
||||
25
|
69
|
||||
26
|
59
|
||||
27
|
28
|
||||
28
|
70
|
||||
29
|
64
|
||||
30
|
33
|
||||
31
|
55
|
||||
32
|
35
|
||||
33
|
61
|
||||
34
|
36
|
||||
35
|
45
|
||||
36
|
48
|
||||
37
|
58
|
||||
38
|
67
|
||||
39
|
62
|
||||
40
|
48
|
||||
Skala
Sigma
|
Skala
Angka
|
Skor Lima
|
|
E
-A
|
0-4
|
||
+1,5
+0,5
-1,5
+0,5
|
X+1,5S
– 50+(1,5x12)=68
X+0,5S
- 50+(0,5x12)=56
X+0,5S
– 50+(0,5x12)=44
X+1,5S-
50+(1,5x12)=32
|
A
B
C
D
|
4
3
2
1
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar