Jumat, 02 Desember 2011

POTENSI TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI DALAM PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN DI KELAS

I.         PENDAHULUAN
Kata atau istilah komunikasi dari bahasa Inggris "communication”, secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin “communicates”, dan perkataan ini bersumber pada kata “communis”. Dalam kata communis ini memiliki makna `berbagi' atau `menjadi milik bersama' yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.
Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan atau informasi oleh seseorang kepada orang lain. Jadi  dalam pengertian ini yang terlibat komunikasi adalah manusia. Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain. Dikutip http://adiprakosa.blogspot.com/2008/09/pengertian-komunikasi.html/ diakses 9 Oktober 2011. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2005), komunikasi (1) pengiriman dan penerimaan pesan, berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dapat dipahami, hubungan, berita dan informasi (2) perhubungan.
Dalam kehidupan kita sehari-hari teknologi informasi dan komunikasi memegang peranan yang sangat penting mutu pembelajaran di kelas, karena tidak ada aktifitas yang dilakukan tanpa komunikasi, komunikasi melahirkan informasi. Kadang-kadang kita menganggap bahwa komunikasi itu hanyalah suatu yang bersifat common sense dan setiap orang pasti mengetahui bagaimana berkomunikasi. Padahal sesungguhnya banyak yang tidak memilki ketrampilan berkomunikasi yang baik karena ternyata banyak pesan-pesan dalam komunikasi manusia itu yang disampaikan tidak hanya dalam bentuk verbal tetapi juga nonverbal. Ada ketrampilan komunikasi dalam bentuk tulisan dan oral, ada ketrampilan berkomunikasi secara interpersonal, ataupun secara kelompok sehingga kita dapat berkolaborasi sebagai anggota dengan baik. Kadang-kadang kita juga mengalami kegagalan dalam berkomunikasi. Banyak yang berpendidikan tinggi tetapi tidak memilki ketrampilan berkomunikasi secara baik dan memadai sehingga mengakibatkan kegagalan dalam berinteraksi dengan manusia lainnya, sehingga komunikasi itu perlu kita pelajari.

I.                           PEMBAHASAN
1.1.                                Teknologi Informasi Komunikasi
Teknologi komunikasi dan informasi sebagai landasan pendidikan. Landasan pendidikan merupakan salah satu kajian yang dikembangkan berkaitan dengan dunia pendidikan. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran.  Berkembangnya teknologi teknologi komunikasi dan informasi dalam penggunaannya  ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu :
1. Dari pelatihan ke penampilan.
2. Dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja,
3. Dari kertas ke “on line” atau saluran,
4. Fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja,
5. Dari waktu siklus ke waktu nyata.
Komunikasi sebagai media pendidikan  dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dan sebagainya. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut.
Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin poluper saat ini ialah  e-learning yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet.
 Menurut Rosenberg (2001: 28), elearning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang memiliki landasan dengan tiga kriteria yaitu :
1.      E-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan,  mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi,
2.      Pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar,
3.      Memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional. 


Saat ini e-learning telah berkembang dalam  berbagai model pembelajaran yang berbasis  TIK seperti:  CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruction), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC (Learner-Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dan sebagainya.
Satu bentuk produk teknologi informasi dan komunikasi adalah internet  yang berkembang pesat di penghujung abad 20 dan di ambang abad 21. Kehadirannya telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek dan tiga dimensi. Internet merupakan salah satu instrumen dalam era globalisasi yang telah menjadikan dunia ini menjadi transparan dan terhubungkan dengan sangat mudah dan cepat tanpa mengenal batas-batas kewilayahan atau kebangsaan. Melalui internet setiap orang dapat mengakses ke dunia global untuk memperoleh informasi dalam berbagai bidang dan pada glirannya akan memberikan pengaruh dalam keseluruhan perilakunya. Dalam kurun waktu yang amat cepat beberapa dasawarsa terakhir telah terjadi revolusi internet di berbagai negara serta penggunaannya dalam berbagai bidang kehidupan.
Keberadaan internet pada masa kini sudah merupakan satu kebutuhan pokok manusia modern dalam menghadapi berbagai tantangan perkembangan global. Kondisi ini sudah tentu akan memberikan dampak terhadap corak dan pola-pola kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Dalam kaitan ini, setiap orang atau bangsa yang ingin lestari dalam menghadapi tantangan global, perlu meningkatkan kualitas dirinya untuk beradaptasi dengan tuntutan yang berkembang.  Teknologi  informasi dan komunikasi   telah mengubah wajah pembelajaran yang berbeda dengan proses pembelajaran tradisional yang ditandai dengan interaksi tatap muka antara guru dengan siswa baik di kelas maupun di luar kelas.
Di masa-masa mendatang, arus informasi akan makin meningkat melalui jaringan internet yang bersifat global di seluruh dunia dan menuntut siapapun untuk beradaptasi dengan kecenderungan itu kalau tidak mau ketinggalan zaman. Dengan kondisi demikian maka  pendidikan khususnya proses pembelajaran cepat atau lambat  tidak dapat terlepas dari keberadaan komputer dan internet sebagai alat bantu utama. 
Majalah Asia week terbitan 20-27 Agustus 1999 telah menurunkan tulisan-tulisan dalam tema "Asia in the New Millenium" yang memberikan gambaran berbagai kecenderungan perkembangan yang akan terjadi di Asia dalam berbagai aspek seperti ekonomi, politik, agama, sosial, budaya, kesehatan, pendidikan dan sebagainya. Termasuk di  dalamnya pengaruh revolusi internet dalam berbagai dimensi kehidupan.
Salah satu tulisan yang berkenaan dengan dunia pendidikan disampaikan oleh Robin Paul Ajjelo dengan judul "Rebooting: The Mind Starts at School". Dalam tulisan tersebut dikemukakan bahwa  ruang kelas di era millenium yang akan datang akan jauh berbeda dengan ruang kelas seperti sekarang ini yaitu dalam bentuk seperti laboratorium komputer di mana tidak terdapat lagi format anak duduk di bangku dan guru berada di depan kelas. Ruang kelas di masa yang akan datang disebut sebagai "cyber classroom" atau "ruang kelas maya" sebagai tempat anak-anak melakukan aktivitas pembelajaran secara individual maupun kelompok dengan pola belajar yang disebut "interactive learning" atau pembelajaran interaktif melalui komputer dan internet. Anak-anak berhadapan dengan komputer dan melakukan aktivitas pembelajaran secara interaktif melalui jaringan internet untuk memperoleh materi belajar dari berbagai sumber belajar.
Anak akan melakukan kegiatan belajar yang sesuai dengan kondisi kemampuan individualnya sehingga anak yang lambat atau cepat akan memperoleh pelayanan pembelajaran yang sesuai dengan dirinya. Kurikulum dikembangkan sedemikian rupa dalam bentuk yang lebih kenyal atau lunak dan fleksibel sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi anak sehingga memberikan peluang untuk terjadinya proses pembelajaran maju berkelanjutan baik dalam dimensi waktu maupun ruang dan materi. Dalam situasi seperti ini, guru bertindak sebagai fasilitator pembelajaran sesuai dengan peran-peran sebagaimana dikemukakan di atas.  
Dalam tulisan itu, secara ilustratif disebutkan bahwa di  masa-masa mendatang isi tas anak sekolah bukan lagi buku-buku dan alat tulis seperti sekarang ini,  akan tetapi berupa:
1.      Komputer notebook dengan akses internet tanpa kabel, yang bermuatan materi-materi belajar yang berupa bahan bacaan, materi untuk dilihat atau didengar, dan dilengkapi dengan kamera digital serta perekam suara,
2.      Jam tangan yang dilengkapi dengan data pribadi, uang elektronik, kode sekuriti untukmasuk rumah, kalkulator, dan sebagainya.
3.      Videophone bentuk saku dengan perangkat lunak, akses internet, permainan, musik,    dan  televisi.
4.       Alat-alat musik.
      5.   Alat olah raga.
      6.   Bingkisan untuk makan siang. 
Hal itu menunjukkan bahwa segala kelengkapan anak sekolah di masa itu nanti berupa perlengkapan yang bernuansa internet sebagai alat bantu belajar. Meskipun teknologi  informasi  komunikasi dalam bentuk komputer dan internet telah terbukti banyak menunjang proses pembelajaran anak secara lebih efektif dan produktif, namun di sisi lain masih banyak kelemahan dan kekurangan.
Dari sisi kegairahan kadang-kadang anak-anak lebih bergairah dengan internetnya itu sendiri dibandingkan dengan materi yang dipelajari. Dapat juga terjadi proses pembelajaran yang terlalu bersifat individual sehingga mengurangi pembelajaran yang bersifat sosial. Dari aspek informasi yang diperoleh, tidak terjamin adanya ketepatan informasi dari internet sehingga sangat berbahaya kalau anak kurang memiliki sikap kritis terhadap informasi yang diperoleh.
Bagi anak-anak Sekolah Dasar penggunaan internet yang kurang proporsional dapat mengabaikan peningkatan kemampuan yang bersifat manual seperti menulis tangan, menggambar, berhitung, dan sebagainya. Dalam hubungan ini guru  perlu memiliki kemampuan dalam mengelola kegiatan pembelajaran secara proporsional dan demikian pula perlunya kerja sama yang baik dengan orang tua untuk membimbing anak-anak belajar di rumah masing-masing.
Pergeseran pandangan tentang pembelajaran untuk dapat memanfaatkan teknologi, informasi dan komunikasi dalam memperbaiki mutu pembelajaran, ada tiga hal yang harus diwujudkan yaitu
1.      Siswa dan guru harus memiliki akses kepada teknologi digital dan internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan guru,
2.      Harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural bagi siswa dan guru, dan
3.      Guru harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan alat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu siswa agar mencapai standar akademik.
Sejalan dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi komputer, maka telah terjadi pergeseran pandangan tentang pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Dalam pandangan tradisional di masa lalu (dan masih ada pada masa sekarang), proses pembelajaran dipandang sebagai :
1. Sesuatu yang sulit dan berat,
2. Upaya mengisi kekurangan siswa,
3. Satu proses transfer dan penerimaan informasi,
4. Proses individual atau soliter,
5. Kegiatan dilakukan dengan menjabarkan materi pelajaran kepada satuan satuan
    kecil   dan terisolasi,
6. Suatu proses linear.

2.2. Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi komunikasi telah terjadi   
perubahan pandangan  mengenai pembelajaran yaitu pembelajaran sebagai berikut :
1. Proses alami,
2. Proses sosial,
3. Proses aktif dan pasif,
4. Proses linear dan atau tidak linear,
5. Proses yang berlangsung integratif dan kontekstual,
6. aktivitas yang berbasis pada model kekuatan, kecakapan, minat, dan kulktur
    siswa,
7. Aktivitas yang dinilai berdasarkan pemenuhan tugas, perolehan hasil, dan pemecahan                                
    masalah nyata baik individual maupun kelompok.
8. Hal itu telah menguban peran guru dan siswa dalam pembelajaran. Peran guru telah   
    berubah dari  :
a.       Sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, akhli materi, dan sumber segala jawaban,  menjadi sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih, kolaborator, navigator pengetahuan, dan mitra belajar;
b.      Mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi  lebih banyak memberikan lebih banyak alternatif dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran.
      Sementara itu  peran  siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan yaitu:
  1. Dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses pembelajaran,
  2. Dari mengungkapkan kembali pengetahuan  menjadi menghasilkan dan berbagai  pengetahuan,
  3. Dari  pembelajaran sebagai aktivitas individual  menjadi pembelajaran   berkolaboratif dengan siswa lain.

9.  Lingkungan pembelajaran yang di masa lalu berpusat pada guru telah bergesar menjadi    
    berpusat pada siswa. Secara rinci dapat digambarkan sebagai berikut :
a.        Lingkungan berpusat pada guru, berpusat pada siswa.
Aktivitas kelas guru sebagai sentral dan bersifat didaktis. Siswa sebagai sentral dan bersifat interaktif peran guru menyampaikan fakta-fakta, guru sebagai ahli kolaboratif, kadang-kadang siswa sebagai ahli.
b.      Penekanan pengajaran mengingat fakta-fakta hubungan antara informasi dan temuankonsep pengetahuan akumulasi fakta secara kuantitas transformasi, fakta-fakta penampilan keberhasilan penilaian acuan norma. Kuantitas pemahaman penilaian acuan patokan, penilaian soal-soal pilihan berganda portofolio, pemecahan masalah, dan  penampilan penggunaan teknologi latihan dan praktek komunikasi, akses, kolaborasi, ekspresi.

10. Kreativitas dan kemandirian belajar
Dengan memperhatikan pengalaman beberapa negara sebagaimana dikemukakan di atas, jelas sekali  teknologi, informasi dan komunikasi mempunyai pengaruh yang cukup berarti terhadap proses dan hasil  pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Teknologi, informasi dan komunikasi telah memungkinkan terjadinya individual, akselerasi, pengayaan, perluasan, efektivitas dan produktivitas pembelajaran yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas  pendidikan sebagai infrastruktur pengembangan  sumber daya manusia secara keseluruhan.
Melalui  penggunaan teknologi, informai dan komunikasi setiap  siswa  akan terangsang untuk belajar maju berkelanjutan sesuai dengan potensi dan kecakapan yang dimilikinya. Pembelajaran dengan menggunakan teknologi,informasi dan komunikasi menuntut kreativitas dan kemandirian diri sehingga memungkinkan mengembangkan semua potensi yang dimilikinya..
Dalam menghadapi tantangan kehidupan modern di abad-21 ini kreativitas dan kemandirian sangat diperlukan untuk mampu beradaptasi dengan berbagai tuntutan. Kreativitas sangat diperlukan dalam hidup ini dengan beberapa alasan antara lain : pertama kreativitas memberikan peluang bagi individu untuk mengaktualisasikan dirinya, kedua kreativitas memungkinkan orang dapat menemukan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah,  ketiga, kreativitas dapat memberikan kepuasan hidup, dan  keempat kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.
Dari segi kognitifnya, kreativitas merupakan kemampuan berpikir yang memiliki kelancaran, keluwesan, keaslian, dan perincian. Sedangkan dari segi afektifnya kreativitas ditandai dengan motivasi yang kuat, rasa ingin tahu, tertarik dengan tugas majemuk, berani menghadapi resiko, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, memiliki rasa humor, selalu ingin mencari pengalaman baru, menghargai diri sendiri dan orang lain, dan sebagainya.

11. Kemandirian sangat diperlukan dalam kehidupan yang penuh tantangan ini sebab kemandirian merupakan kunci utama bagi individu untuk mampu mengarahkan dirinya ke arah tujuan dalam kehidupannya. Kemandirian didukung  dengan kualitas pribadi yang ditandai dengan penguasaan kompetensi tertentu, konsistensi terhadap pendiriannya, kreatif dalam berfikir dan bertindak, mampu mengendalikan dirinya, dan memiliki komitmen yang kuat terhadap berbagai hal. Dengan memperhatikan ciri-ciri kreativitas dan kemandirian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa teknologi, informasi dan komunikas memberikan peluang untuk berkembangnya kreativitas dan kemandirian  siswa.
Pembelajaran dengan  dukungan teknologi, informasi dan komunikasi memungkinkan menghasilkan karya-karya baru yang orsinil, memiliki nilai yang tinggi, dan dapat dikembangkan lebih jauh untuk kepentingan yang lebih bermakna.  Melalui tenologi, informasi dan komunikasi siswa akan memperoleh berbagai informasi dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam sehingga meningkatkan wawasannya. Hal ini merupakan rangsangan yang kondusif bagi berkembangnya kemandirian anak terutama dalam hal pengembangan kompetensi, kreativitas, kendali diri, konsistensi, dan komitmennya baik terhadap diri sendiri maupun terhadap pihak lain.

12. Peran guru semua hal itu tidak akan terjadi dengan sendirinya karena setiap siswa memiliki kondisi yang berbeda antara satu dengan lainnya. Siswa memerlukan bimbingan baik dari guru maupun dari orang tuanya dalam melakukan proses pembelajaran dengan dukungan tenologi, informasi dan komunikasi . Dalam kaitan ini guru memegang peran  yang amat penting dan harus menguasai seluk beluk tenologi, informasi dan komunikasi dan yang lebih penting lagi adalah kemampuan memfasilitasi pembelajaran anak secara efektif.         Peran guru sebagai pemberi informasi harus bergeser menjadi manajer pembelajaran dengan sejumlah peran-peran  tertentu, karena guru bukan satu-satunya sumber informasi melainkan hanya salah satu sumber informasi. Dalam bukunya yang berjudul “Reinventing Education”, Louis V. Gerstmer, Jr. dkk (1995), menyatakan bahwa di masa-masa mendatang peran-peran guru mengalami perluasan yaitu guru sebagai pelatih (coaches), konselor, manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar, dan pengarang. Sebagai  pelatih (coaches),  guru harus memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi siswa untuk mengembangkan cara-cara pembelajarannya sendiri sesuai dengan kondisi masing-masing.
Guru hanya memberikan prinsip-prinsip dasarnya saja dan tidak memberikan satu cara yang mutlak. Hal ini merupakan analogi dalam bidang olah raga, di mana pelatih hanya memberikan petunjuk dasar-dasar permainan, sementara dalam permainan itu sendiri para pemain akan mengembangkan kiat-kiatnya sesuai dengan kemampuan dan kondisi yang ada. Sebagai  konselor,  guru harus mampu menciptakan satu situasi interaksi belajar-mengajar, di mana siswa melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana psikologis yang kondusif.

13. Tidak ada jarak yang kaku dengan guru. Disamping itu, guru diharapkan mampu memahami kondisi setiap siswa dan membantunya ke arah perkembangan optimal. Sebagai  manajer pembelajaran,  guru memiliki kemandirian dan otonomi yang seluas-luasnya dalam mengelola keseluruhan kegiatan belajar mengajar dengan mendinamiskan seluruh sumber-sumber penunjang pembelajaran.
Sebagai partisipan, guru tidak hanya berperilaku mengajar akan tetapi juga berperilaku belajar dari interaksinya dengan siswa. Hal ini mengandung makna bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi anak, akan tetapi ia sebagai fasilitator pembelajaran siswa. Sebagai pemimpin, diharapkan guru mampu menjadi seseorang yang mampu menggerakkan orang lain untuk mewujudkan perilaku menuju tujuan bersama. Disamping sebagai pengajar, guru harus mendapat kesempatan untuk mewujudkan dirinya sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam berbagai kegiatan lain di luiar mengajar.
Sebagai  pembelajar,  guru  harus secara terus menerus belajar dalam rangka menyegarkan kompetensinya serta meningkatkan kualitas profesionalnya. Sebagai  pengarang,  guru harus selalu kreatif dan inovatif menghasilkan berbagai karya yang akan digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Guru yang mandiri bukan sebagai tukang atau teknisi yang harus mengikuti satu buku petunjuk yang baku, melainkan sebagai tenaga yang kreatif yang mampu menghasilkan berbagai karya inovatif dalam bidangnya.
Hal itu harus didukung oleh daya abstraksi dan komitmen yang tinggi sebagai basis kualitas profesionaliemenya. Begitu juga teknologi informasi komunikasi dan informasi telah berkembang dengan sangat pesat sehingga sudah merupakan gejala dunia. Teknologi itu sudah menjadi bagian kebudayaan Indonesia sejak dikembangkannya sistem komunikasi satelit domestik. Sejak awal kemerdekaan. Marshall Mcluhan dalam (Miarso, 2009: 481) seorang pakar dalam bidang sosio-kulkural yang dikenai bukunya, Media is the Message, menyetir ucapan Presiden Soeharto sewaktu berkunjung ke Hollywood, bahwa gambar hidup telah menyebabkan revolusi nasional di Asia.

2.3. Komponen Komunikasi                                                          
2.3.1. Lingkungan komunikasi
Lingkungan (konteks) komunikasi setidak-tidaknya memiliki tiga dimensi :
1.     Fisik adalah ruang di mana komunikasi berlangsung yang nyata atau berwujud.
2.    Sosial-psikoilogis, meliputi, misalnya tata hubungan status di antara mereka yang terlibat, peran yang dijalankan orang, serta aturan budaya masyarakat di mana mereka berkomunikasi. Lingkungan atau konteks ini juga mencakup rasa persahabatan atau permusuhan, formalitas atau informalitas, serius atau senda gurau,
3. Temporal (waktu),mencakup waktu dalam hitungan jam, hari, atau sejarah di mana komunikasi berlangsung.
Ketiga dimensi lingkungan ini saling berinteraksi, masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi oleh satu dengan yang lain. Sebagai contoh, terlambat memenuhi janji dengan seseorang (dimensi temporal), dapat mengakibatkan berubahnya suasana persahabatan-permusuhan (dimensi sosial-psikologis), yang kemudian dapat menyebabkan perubahan kedekatan fisik dan pemilihan rumah makan untuk makan malam (dimensi fisik). Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan banyak perubahan lain. Proses komunikasi tidak pernah statis.
2.3.2. Sumber-Penerima
Kita menggunakan istilah cumber-penerima sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam komunikasi adalah cumber (atau pembicara) sekaligus penerima (atau pendengar). Anda mengirimkan pesan ketika anda berbicara, menulis, atau memberikan isyarat tubuh. Anda menerima pesan dengan mendengarkan, membaca, membaui, dan sebagainya. Tetapi, ketika anda mengirimkan pesan, anda juga menerima, pesan. Anda menerima pesan anda sendiri (anda mendengar diri sendiri, merasakan gerakan anda sendiri, dan melihat banyak isyarat tubuh anda sendiri) dan anda menerima pesan dari orang lain (secara visual, melalui pendengaran, atau bahkan melalui rabaan dan penciuman). Ketika anda berbicara dengan orang lain, anda memandangnya untuk mendapatkan tanggapan (untuk mendapatkan dukungan, pengertian, simpati, persetujuan, dan sebagainya). Ketika anda menyerap isyarat-isyarat non-verbal ini, anda menjalankan fungsi penerima.

2.3.3. Enkoding-Dekoding
Dalam ilmu komunikasi kita menamai tindakan menghasilkan pesan (misalnya, berbicara atau menulis) sebagai enkoding (encoding). Dengan menuangkan gagasan-gagasan kita ke dalam gelombang suara atau ke atas selembar kertas, kita menjelmakan gagasan-gagasan tadi ke dalam kode tertentu. Jadi, kita melakukan enkoding. Kita menamai tindakan menerima pesan (misalnya, mendengarkan atau membaca) sebagai dekoding (decoding). Dengan menerjemahkan gelombang suara atau kata-kata di atas kertas menjadi gagasan, anda menguraikan kode tadi. Jadi, anda melakukan dekoding. Oleh karenanya kita menamai pembicara atau penulis sebagai enkoder (encoder), dan pendengar atau pembaca sebagai dekoder (decoder).
2.3.4. Kompetensi Komunikasi
Dengan meningkatkan kompetensi akan mempunyai banyak pilihan berperilaku. Makin banyak tabu tentang komunikasi (artinya, makin tinggi kompetensi diri), makin banyak pilihan, yang anda punyai untuk melakukan komunikasi sehari-hari. Proses ini serupa dengan proses mempelajari perbendaharaan kata: Makin banyak kata anda ketahui (artinya, makin tinggi kompetensi perbendaharaan kata anda), makin banyak cara untuk mengungkapkan diri.
2.3.5. Pesan
Menurut Devito (1996) Pesan komunikasi dapat mempunyai banyak bentuk. Kita mengirimkan dan menerima pesan ini melalui salah sato atau kombinasi tertentu dari panca indra kita. Walaupun biasanya kita menganggap pesan setalp dalam bentuk verbal (lisan atau tertulis), ini bukanlah satu-satunya jenis pesan. Kita juga berkomunikasi secara nonverbal (tanpa kata). Sebagai contoh, busana yang kita kenakan, seperti juga cara kita berjalan, berjabatan tangan, menggelengkan kepala, menyisir rambut, duduk, dan. tersenyum. Pendeknya, segala hal yang kita ungkapkan dalam melakukan komunikasi.
2.3.6. Saluran
Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan. Jarang sekali komunikasi berlangsung melalui hanya satu saluran, kita menggunakan dua, tiga, atau empat saluran yang berbeda secara simultan. Sebagai contoh, dalam interaksi tatap muka kita berbicara dan mendengarkan (saluran suara), tetapi kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat ini secara visual (saluran visual). Kita juga memancarkan dan mencium bau-bauan (saluran olfaktori). Seringkali kita Baling menyentuh, ini pun komunikasi (saluran taktil).
2.3.7. Umpan Balik
Umpan balik adalah informasi yang dikirimkan balik ke sumbernya. Umpan balik dapat berasal dari anda, sendiri atau dari orang. Umpan balik ini dapat datang dalam berbagai bentuk: Kerutan dahi atau senyuman, anggukan atau gelengan kepala, tepukan di bahu atau tamparan di pipi, semuanya adalah bentuk umpan balik.
2.3.8. Gangguan
Gangguan dikatakan ada dalam suatu sistem komunikasi bila ini membuat pesan yang disampaikan berbeda dengan pesan yang diterima. Gangguan ini dapat berupa gangguan fisik (ada orang lain berbicara), psikologis (pemikiran yang sudah ada di kepala kita), atau semantik (salah mengartikan makna).
Tabel dibawah menyajikan ketiga macam gangguan ini secara lebih rinci.
Macam
Definsi
Contoh
Fisik
Interferensi dengan transmisi
fisik isyarat atau pesan lain
Desingan mobil yang lewat dengungan
komputer, kacamata
Psikologis
Interferensi kognitif atau mental
Prasangka dan bias pada sumber penerima, pikiran yang sempit
Semantik
Pembicaraan dan pendengar memberi arti yang berlainan
Orang berbicara dengan bahasa yang berbeda,menggunakan jargon atau istilah yang terlalu rumit yang tidak dipahami pendengar

Gangguan dalam komunikasi tidak terhindarkan. Semua komunikasi mengandung gangguan, dan walaupun kita tidak dapat meniadakannya sam sekali, kita dapat mengurangi gangguan dan dampaknya. Menggunakan bahasa yang lebih akurat, mempelajari keterampilan mengirim dan menerima pesan nonverbal, serta meningkatkan keterampilan mendengarkan dan menerima serta mengirimkan umpan balik adalah beberapa cara untuk menanggulangi gangguan.
2.3.9. Efek Komunikasi
Komunikasi selalu mempunyai efek atau dampak atas sate atau lebih orang yang terlibat dalam tindak komunikasi. Pada setiap tindak komunikasi selalu ada konsekuensi. Sebagai contoh, anda mungkin memperoleh pengetahuan atau belajar bagaimana menganalisis, melakukan sintesis, atau mengevaluasi sesuatu; ini adalah efek atau dampak intelektual atau kognitif. Kedua, anda mungkin memperoleh sikap baru atau mengubah sikap, keyakinan, emosi, dan perasaan anda; ini adalah dampak afektif. Ketiga, anda mungkin memperoleh cara-cara atau gerakan baru seperti cara melemparkan bola atau melukis, selain juga perilaku verbal dan noverbal yang patut; ini adalah dampak atau efek psikomotorik.

2.3.10. Etik dan Kebebasan Memilih
Apakah komunikasi itu etis atau tidak etis, landasannya adalah gagasan kebebasan memilih serta asumsi bahwa setiap orang mempunyai hak untuk menentukan pilihannya sendiri. Komunikasi dikatakan etis bila menjamin kebebasan memilih seseorang dengan memberikan kepada orang tersebut dasar pemilihan yang akurat.
Komunikasi dikatakan tidak etis bila mengganggu kebebasan memilih seseorang dengan menghalangi orang tersebut untuk mendapatkan informasi yang relevan dalam menentukan pilihan. Sedangkan informasi adalah data yang telah diproses menjadi bentuk yang memiliki arti bagi penerima dan dapat berupa fakta, suatu nilai yang bermanfaat. Jadi ada suatu proses transformasi data menjadi suatu informasi = input - proses – output. Pengertian informasi adalah data yang telah diproses menjadi bentuk yang memiliki arti bagi penerima dan dapat berupa fakta, suatu nilai yang bermanfaat. Dikutip dari http://revolsirait.com/tag/pengertian-informasi-komunikasi diakses 09 Oktober 2011. Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia (2005), informasi (1) penerangan (2) pemberitahuan kabar atau berita tentang suatu.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi dan informasi sangat berkaitan erat dalam pendidikan. Tanpa komunikasi dan informasi tidak akan mungkin berjalan proses belajar mengajar.

2.4.  Implikasi Landasan Komunikasi dan Informasi dalam Pendidikan
Ketika guru menyampaikan bahan pembelajaran kepada siswanya, maka di situ terdapat sejumlah informasi yang ia kemas, olah dan akhimya disampaikan kepada siswa. Setelah informasi tersebut sampai pada diri siswa dan siswa merasa mengerti akan informasi yang disampaikan oleh guru tersebut. Maka pada tahapan inilah pada dasarnya guru harus menyadari bahwa dirinya adalah seorang manajer terhadap proses pengelolaan informasi pelajaran yang setiap harinya ia lakukan sehingga begitu banyak informasi yang diolah guru maka informasi tersebut akan semakin mudah ditata dan dimengerti oleh para siswanya.
Ketika guru menyampaikan informasi yang sudah diolah sedemikian rupa, misalnya disampaikan dengan kepandaiannya berbicara dengan sistematis, jelas, tegas dan benar maka informasi dapat dengan mudah sampai kepada diri siswa. Sebagai contoh guru menggunakan media pembelajaran dengan menggunakan pagan tulis, poster, gambar, dan media lainnya, kemudian terjadi proses interaksi yang hangat antara ia dengan siswanya yang diakhiri dengan perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa, maka sudah dapat dikatakan bahwa guru tersebut sudah sukses melakukan proses komunikasi dalam pembembelajaran.
Apakah guru masih asing dengan kata "Komunikasi" ini?, tentunya jika melihat penjelasan di atas maka sebenarnya guru adalah pihak yang paling aktif dalam melakukan proses komunikasi dengan tujuan dan target yang ketat. Di mans setiap jam, setiap hari, setiap minggu selalu ada target proses komunikasi (mengajar) seperti apa yang paling efektif sehingga siswanya bisa mengerti mengenai apa yang ia komunikasikan.
Selanjutnya jika dikaitkan dengan pemahaman dan pemaknaan terhadap teknologi informasi dan komunikasi, maka guru ini adalah pihak yang sudah secara lengkap menguasai, memahami dan memaknai telah sukses mengimplementasinyakannya dalam tugas sehari-hari. Inilah fenomena yang harus banyak digali, khususnya pada tataran kesadaran guru atau pihak yang selalu membawa misi inovasi dalam dunia teknologi informasi dan komunikasi.
Agar komunikasi dan informasi pembelajaran mencapai maksimal diharapakan guru atau dosen memakai metode pembelajaran yang tepat kepada siswa atau mahasiswa yang diajar serta memakai media yang ada misalnya, menggunakan metode diskusi, tanya jawab,  dan lain-lain. Menurut Devito (1997: 445) Alat bantu audiovisual adalah sarana audio dan visual yang digunakan untuk menguatkan pesan verbal pembicara. Dalam menggunakan alat bantu audiovisual pastikanlah bahwa alat itu relevan dengan pesan anda, menguatkan pesan, membuat pesan yang dikomunikasikan menjadi jelas dan menarik. Misalnya guru menggunakan gambar untuk meningkatkan imajinasi siswa dalam mengarang.         Begitu pun dari segi nonverbal baik dari penampilan sang pengajar dan gerakan wajah, tangan dan anggota tubuh lainnya membantu siswa menerima informasi yang diberikan pada saat belajar mengajar. Misalnya guru tersenyum kepada siswa saat memulai pelajaran. Ini akan membangkitkan gairah belajar siswa, atau guru menepuk bahu siswa dengan lembut bila siswa mulai mengalihkan perhatiannya ke tempat lain.

IV. PENUTUP
Pekerjaan mendidik mencakup segala hal, yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan manusia. Mulai dari perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial, sampai kepada perkembangan iman, semuanya ditangani oleh pendidik. Seseorang pendidik harus memahami konsep, komunikasi dan informasi.
Komponen komunikasi meliputi; lingkungan komunikasi, sumber-penerima, enkoding ­dekoding, kompetensi komunikasi, pesan dan saluran, umpan balik, gangguan, efek komunikasi, etik dan kebebasan memilih. Sedangkan informasi dapat berupa data atau fakta sebagai penunjang komunikasi.
Dalam dunia pendidikan teknologi komunikasi dan informasi sangat diperlukan. Pengajar harus tabu perkembangan teknologi, komunikasi dan informasi supaya pembelajaran mencapai hasil maksimal sesuai yang diharapakan. guru atau dosen memakai metode pembelajaran yang tepat kepada siswa atau mahasiswa yang diajar serta memakai media yang ada, serta dapat menggunakan alat bantu untuk menunjang keberhasilan pembelajaran sesuai potensi  teknologi  komunikasi  dan  informasi  dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas.




.
Daftar  Rujukan

Devito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antarmanusia, Edisi Kelima. Tedemahan Agus Maulana Jakarta: Professional Books.

Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Bahasa.

Miarso, Yusufhadi. 2009. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

http:Hadiprakosa.blogspot.com/2008/09/pengertian-komunikasi.html/ diakses 09 Oktober  2011.

http://revoisirait.com/tag/pengertian informasi komunikasi diakses 1 oktober 2011.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar