Sabtu, 03 Desember 2011

Ontologi : Beberapa Asumsi dalam Ilmu, dan Batas Penjelajahan Ilmu

1.  Pendahuluan
           Ontologi berasal dari kata ontos yang artinya sesuatu yang berwujud, logos yaitu ilmu. Jadi, ontologi adalah teori atau ilmu tentang wujud, tentang hakikat yang ada. Sejalan dengan pemikiran di atas, Ontologi mempersoalkan sifat dan keadaan terakhir dari kenyataan. Karena itu ia disebut hakikat. Hakikat bergantung pada pengetahuan. Ontologi membahas tentang  yang ada dan yang tidak terikat oleh suatu perwujudan tertentu. Ontologi membahas sesuatu yang menampilkan pemikiran semesta universal.
         Ontologi merupakan cabang teori hakikat  sesuatu yang ada. Apa sebenarnya hakikat  dan sesuatu yang ada? Ada empat macam aliran filsafat mencoba memberikan  jawaban atas persoalan di atas : (a). Materialisme adalah teori yang beranggapan bahwa hakikat benda adalah benda itu sendiri, hakikat kayu adalah kayu itu sendiri, hakikat air adalah air itu sendiri. (b). Idealisme cenderung menekankan teori koherensi atau konsistensi dari percobaan kebenaran, yakni suatu putusan akan benar jika sesuai dengan putusan –putusan lain yang telah diterima sebagai yang benar. (c). Dualisme adalah aliran yang memadukan dua paham yang bertentangan yaitu materialisme dan idealisme. (d). Agnocitisme adalah aliran yang mengatakan bahwa manusia tidak mungkin mengetahui hakikat air, batu dan api  dan lain sebagainya, sebab menurut paham ini kemampuan manusia sangat terbatas dan tidak mungkin tahu hakikat sesuatu yang ada oleh inderanya maupun oleh pikirannya.
         Jujun Suriasumantri (1990) menagatakan  bahwa ontologi adalah penjelasan tentang keberadaan atau eksistensi yang mempermasalahkan akar-akar (akar yang mendasar tentang apa yang disebut ilmu pengetahuan itu). Jadi dalam ontologi yang dipermasalahkan adalah akar-akar hingga sampai menjadi ilmu.
Ontologi dalam filsafat ilmu mempelajari hakikat apa atau objek apa yang dipelajari oleh ilmu. Pertanyaan itu kemudian diuraikan lagi menjadi bagaimana wujud hakiki dari objek tersebut,  Bagaimana hubungan objek tadi dengan daya tangkap manusia, dan dari segi istilah ontologi berarti studi yang membahas sesuatu yang ada. 

                                                                                                                                   

2. Pembahasan
2.1. Objek Ilmu dan Asumsi
             Asumsi diperlukan dalam pengembangan ilmu. Tanpa asumsi anggapan orang/pihak tentang realitas bisa berbeda, tergantung dari sudut pandang dan kacamata apa. Asumsi merupakan anggapan / andaian dasar tentang sebuah realitas.  Asumsi merupakan pondasi bagi penyusunan pengetahuanilmiah. Objek yang dikaji oleh ilmu adalah semua objek yang empiris, yaitu objek yang bisa ditangkap oleh pancaindera. Sebab bukti-bukti yang harus ditemukan adalah bukti-bukti yang empiris. Bukti empiris ini diperlukan untuk menguji bukti rasional yang telah dirumuskan dalam hipotesis. Menurut ilmu, ia boleh meneliti apa saja, menurut filsafat akan tergantung filsafat yang  mana yang akan meneliti  dan menurut agama belum tentu bebas. Ilmu mempelajari objek yang berupa realitas dunia fisik. Semakin berkembangnya ilmu, kita mempelajari bahwa baik asumsi, hukum alam, dan ilmu itu tidak bersifat mutlak atau absolut universal.
             Asumsi merupakan anggapan/andaian dasar tentang sebuah realitas. Asumsi adalah anggapan dasar tentang realitas objek yang menjadi pusat perhatian penelaahan kita. Mengapa asumsi diperlukan ? Asumsi merupakan pondasi bagi penyusunan pengetahuan ilmiah. Asumsi diperlukan dalam pengembangan ilmu. Untuk mendapat pengetahuan ini ilmu membuat asumsi mengenai objek – objek empiris (objek yang dapat ditangkap oleh panca- indera). Dalam mengembangkan ilmu, kita harus bertolak dengan mempunyai asumsi/anggapan yang sama mengenai hukum-hukum alam dan objek yang akan ditelaah oleh ilmu baik itu dalam ilmu alam ataupun ilmu-ilmu sosial. Ilmu alam membahas asumsi mengenai zat, ruang dan waktu. Ilmu sosial mengedepankan membahas asumsi mengenai manusia. Terdapat asumsi yang berbeda-beda mengenai hukum alam.
Asumsi ini menurut kelompok-kelompok penganut paham berikut ini  :
     1.   Deterministik  yaitu kelompok penganut paham deterministik menganggap hukum  
alam ini tunduk kepada determinisme yaitu bahwa hukum alam mengikuti pola  
tertentu. Hukum alam ini diyakini bersifat universal. 
      2.   Pilihan Bebas  yaitu  penganut pilihan bebas menganggap hukum yang mengatur itu
            tanpa sebab karena setiap gejala alam merupakan pilihan bebas dan tidak terikat      
            kepada hukum alam.
                                                                                                                                                                                                                                                                                               

       3.  Probabilistik  yang terakhir penganut paham ini berada di antara deterministik dan    
            pilihan bebas. Yang menyatakan bahwa gejala umum yang universal itu memang ada,
            namun berupa peluang. Ilmu memang mengikuti hukum alam dengan pola tertentu   
            namun kesemuanya itu bersifat probabilistik. 

 2.2.  Asumsi dalam Ilmu
            Ilmu yang paling maju yaitu fisika. Fisika merupakan ilmu teoretis yang dibangun di atas sistem penalaran deduktif yang meyakinkan serta pembuktian induktif  yang sangat mengesankan.  Namun sering dilupakan orang bahwa fisika pun belum merupakan suatu kesatuan yang utuh. Artinya fisika belum merupakan pengetahuan ilmiah yang tersusun secara sistemik, sistematik, konsisten dan analitik berdasarkan peernyataan-pernyataan ilmiah yang disepakati bersama. Dalam analisis mekanistik terdapat empat komponen analisis utama yakni zat, gerak, ruang, dan waktu. Newton dalam bukunya Philosophiae Naturalis Principia Mathematika (1686) berasumsi bahwa keempat komponen itu  bersifat absolut. Sedangkan menurut Einstein dalam bukunya The Specil Theoey of Relativity (1905) berasumsi bahwa keempat komponen itu bersifat relatif, tidak mungkin mengukur gerak secara absolut.
           Asumsi dalam ilmu sosial lebih rumit. Tiap-tiap ilmu sosial mempunyai berbagai asumsi mengenai manusia. Siapa sebenarnya manusia? Jawabnya tergantung kepada situasinya : dalam kegiatan ekonomis maka dia makhluk ekonomi, dalam politik maka dia political animal, dalam pendidikan dia homo educandum.
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan asumsi  :
1.    Asumsi ini harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian disipin keilmuan.
       Asumsi manusia dalam administrasi yang bersifat operasional adalah makhluk ekonomis,   
       makhluk sosial, makhluk aktualisasi diri atau makhluk yang kompleks. Berdasarkan   
       asumsi-asumsi ini maka dapat dikembangkan berbagai model, strategi, dan praktik  
       administrasi. 
2.   Kedua, asumsi ini harus disimpulkan dari ‘keadaan sebagaimana adanya bukan    
       bagaimana keadaan yang seharusnya. 
            Asumsi pertama adalah asumsi yang mendasari telaahan ilmiah sedangkan asumsi kedua adalah asumsi yang mendasari telaahan moral. Sekiranya dalam kegiatan ekonomis maka manusia yang berperan adalah manusia yang mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya.                                                                                  
                                                                                                                                               
            Sebagai contoh sebuah perusahaan sepatu dalam rangka penelitian mengenai pemasaran sepatunya mengirimkan dua regu peneliti ke suatu daerah yang sama. Fakta yang ditemukan oleh kedua regu ini bahwa tak seorang pun dari penduduk di daerah itu yang memakai sepatu. Namun berdasarkan fakta yang sama ini kedua regu peneliti itu  sampai pada kesimpulan yang berbeda. Regu yang pertama menyimpulkan untuk tidak membangun pabrik sepatu di daerah itu karena tidak ada yang akan membelinya. Sedangkan regu yang kedua menyarankan sebaliknya mereka membuat kesimpulan bahwa semua orang akan berbondong-bondong membeli sepatu jika ada yang membuat dan menjual sepatu. Yang melandasi perbedaan penarikan kesimpulan tersebut adalah asumsi. Regu pertama mempunyai asumsi bahwa kenyataan itu tidak bisa diubah biar apa pun usaha yang dijalankan, orang-orang itu tetap tidak akan mau memakai sepatu. Regu kedua mempunyai asumsi yang bertentangan. Menurut anggapannya, kenyataan bahwa orang-orang itu tidak memakai sepatu bukanlah sesuatu yang tidak bisa diubah. Dengan beberapa kebudayaan yang tepat kita bisa mengubah kebudayaan tidak bersepatu menjadi kebudayaan bersepatu. Hal ini menunjukkan bahwa dengan asumsi yang berbeda,  kita sampai pada kesimpulan yang berbeda pula. Dalam keadaan seperti ini maka kita  akan memilih kesimpulan yang mempunyai asumsi yang dapat kita terima. Kalau kita beranggapan bahwa dengan cara apapun juga orang yang terbiasa bertelanjang kaki tidak bisa di paksa memakai sepatu. Maka kita memilih kesimpulan pertama. Demikian sebaliknya.

3. 1.  Batasan Penjelajahan Ilmu dan Cabang Ilmu
              Apakah batas yang merupakan lingkup penjelajahan ilmuIlmu memulai  penjelajahannnya pada pengalaman manusia dan berhenti di batas pengalaman manusia. Ilmu tidak membahas yang di luar pengalaman manusia seperti surga dan neraka.
“Ilmu tanpa (bimbingan moral) agama adalah buta”, demikian kata Einstein. Kebutaan moral dari ilmu mungkin membawa kemanusiaan ke jurang malapetaka.  Ilmu terbagi menjadi ilmu alam dan ilmu sosial. Dan kemudian banyak berkembang menjadi cabang-cabang ilmu lain yang sangat banyak. Namun sejauh berkembangnya ilmu tadi, batasan ilmu akan berhenti sejauh batas pengalaman manusia. Ilmu tidak mempelajari hal-hal di luar batas pengalaman manusia seperti hal gaib atau awal kejadian manusia.
              Pada dasarnya cabang-cabang ilmu tersebut berkembang dari dua cabang utama yakni filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (the natural sciences) dan filsafat moral yang kemudian berkembang ke dalam cabang ilmu-ilmu sosial (the social sciences). Ilmu-ilmu alam membagi diri kepada dua kelompok lagi yakni ilmu alam (physical sciences) dan ilmu hayat (the biological sciences).Ilmu alam bertujuan mempelajari zat yang membentuk alam semesta sedangkan alam kemudian bercabang lagi menjadi fisika (mempelajari massa dan energi), kimia (mempelajari substansi zat), astronomi ( mempelajari benda-benda langit}dan ilmu bumi (the earth science yang mempelajari bumi)

            Tiap-tiap cabang kemudian membikin ranting-ranting baru seperti fisika berkembang menjadi mekanika, hidrodinamika, bunyi, cahaya, panas, kelistrikan dan magnetisme, fisika nuklir dan kimia fisik.   Kelompok ini termasuk ke dalam ilmu-ilmu murni. Ilmu-ilmu murni ini kemudian berkembang menjadi ilmu-ilmu terapan.
Sseperti contoh di bawah ini :
ILMU MURNI                                              ILMU TERAPAN
Mekanika                                                        Mekanika Teknik
Hidrodinamika                                                Teknik Aeronautikal /T. Desain Kapal
Bunyi                                                              Teknik Akustik
Cahaya/Optik                                                  Teknik Iluminasi
Kelistrikan/                                                      Teknik Elektronik/
Magnetisme                                                     Teknik Kelistrikan
Fisika Nuklir                                                   Teknik Nuklir             
                                                                                                                                   
 Pada pokoknya terdapat cabang utama ilmu-ilmu sosial yakni antropologi (mempelajari manusia dalam perspektif waktu dan tempat), psikologi (mempelajari proses mental dan kelakuan manusia), ekonomi (mempelajari manusia dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya lewat proses pertukaran), sosiologi (mempelajari sistem dan proses dalam kehidupan manusia berpemerintahan dan bernegara).
Cabang utama ilmu-ilmu sosial ini kemudian mempunyai cabang-cabang lagi, seperti contohnya antropologi terpecah menjadi lima yaitu arkeologi, antropologi fisik, linguistik, etnologi, dan antropologi sosial/kultural. Di  samping ilmu-ilmu alam dan ilmu sosial, pengetahuan mencakup juga humaniora dan matematika. Humaniora terdiri dari seni, filsafat, agama, bahasa, dan sejarah. Matematika bukan merupakan ilmu, melainkan cara berpikir deduktif. Matematika merupakan sarana berpikir yang penting sekali dalam kegiatan berbagai disiplin keilmuan. Termasuk kepada kelompok pengetahuanyang sudah tua umurnya dan paling pertama kali berkembang.

4. Penutup
4.1.  Simpulan
Asumsi merupakan dugaan-dugaan sementara yang belum jelas kebenarannya, karena belum ada fakta pendukung yang valid
Ilmu sebagai pengetahuan yang berfungsi membantu dalam memecahkan masalah praktis sehari-hari, tidaklah perlu memiliki kemutlakan seperti halnya agamaWalaupun demikian sampai tahap tertentu  ilmu memiliki keabsahan dalam melakukan generalisasi.
Penjelajahan ilmu memberi batasan pada pengalaman manusia yang disebabkan metode yang dipergunakan dalam menyusun kebenaran secara empiris.

Daftar  Pustaka
Suriasumantri S, Jujun. 2007. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta :    Pusataka                                                                                                                                                                                                     
          Sinar Harapan.

Einstein, Albert, “Hakekat Nilai dan Ilmu : Pesan kepada Mahasisiwa California Institut Of   
          Technology”, 5lmu dalam Prospektif, ed Jujun S. Suriasumantri, 248-249.  Jakarta :
          Gramedia, 1978.

Praja S, Juhaya. 2003. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Bandung : Kencana

http://jerobudy.blogspot.com/2009/01/batas-penggapaian-ilmu_21.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar